PERTARUNGAN IDEOLOGI FUNDAMENTALISME ARAB DAN LIBERALISME BARAT
Ada dimana Posisi NU??
Oleh: Syamsuri Abdul Qohar
Ketika waktu zaman dulu ada pertarungan fajam Rusia dan Amerika. Tapi Indonesia berada pada posisi non-Blok, tidak membela Rusia dan tidak pula Amerika. Putusan Indonesia berafiliasi non-blok adalah pukulan besar bagi kedua pertarungan faham di atas. Hari ini, dunia disibukkan dgn Arabisme dan Baratisme. Hal ini, sudah sangat terasa didaerah2 dan plosok2 pedesaan. Dikatakan modern kalau anaknya dimanakan dgn nama bahasa inggris atau berbau inggris. Satu sisi lain tidak dianggap agamis kalau tidak membarikan nama anak kearab2an atau yang berbau2 Arab (kecuali nama2 yang sudah disabdakan oleh Rosul SAW, yaitu sunnah memberikan nama yang ada "Abdun" yang disandarkan pada Alloh atau Asma Alloh, atau nama membubuhi nama Ahmad dan Muhammad).
Tidak keren kalau memanggil orang tuanya dengan sebuatan ibu-ayah, emak-bapak, baru keren memanggil orang tuanya dgn sebutan mami-papi, mama-papa, bahkan ada yg memanggil dedy. Begitu pula tidak agamis bila tidak memanggil orang tuanya dgn sebutan aba-umi. Ini adalah pola baratisme dan arabisme yang tidak terasa sudah menghegemoni masyarakat Indonesia, bahasa kenusantaraan sudah hilang tanpa terasa. Semua ini hanya sebagian contoh2 kecil.
Tentu berbeda ketika tuntunan agama yang sudah diajarkan oleh al Qur'an dan al Hadis dgn menggunakan bahasa arab, seperti lafal adzan, shalat dan lain sebagaimnya tidak bisa dirubah karena sudah nilai ta'abbudi.
Kita mengambil hal2 baik yg menguntungkan dari barat dan arab, tapi bukan mengambil karena ada unsur keren-tidak keren, agamis-tidak agamis. Kita menggunakan komputer karena menguntungkan pada zaman globalisasi karana Indobesia sendiri hanya sebagai konsumen dari produk2 barat. Jangan mengatakan anti barat kalau ilmu yang digunakan masih banyak dari produk barat, jangan sok agamis yg anti barat kalau masih menggunakan alat2 canggih barat. Kita bukan anti barat, tapi tidak Baratisme dan liberalisme, kita tidak anti arab, tapi bukan arabisme dan fundamentalisme.
Sebagai negara Indonesia kita harus bangga dgn bangsa sendiri, bukan membangga2kan negara lain baik barat atau arab. Kita hanya menggunakan hal2 yg menguntungkan yang tidak ada di Indonesia. Kita bangga dengan pakaian batik, kenapa harus pakai Jubah, kita bangga dgn gamelan, reok, wayang kenapa harus bangga dgn musik barat atau gambus.
Bagaimana posisi NU menghadapi masyarakat yang sudah tidak bangga pada negara sendiri???
NU sebagai oranisasi yang terbesar di Indonesia, bahkan dunia harus mampu memperjuangkan nilai2 kenusantaraan yang berhaluan ahli sunnah wal jama'ah. Nilai2 kenusantaraan adalah toleransi, sopan-santun, tanpa kekerasan dan multi kulturalis. Nabi-pun diutus untuk menyempurnakan akhlak bukan mengajarkan kekerasan dan intoleransi, karena kehilangan toleransi di Indonesia sudah jelas akan terjadi peperangan seperti di timur tengah. Jangan mengambil agama yang keras2nya saja, tapi ingat Islam mengajarkan kelembutan akhlak. Kita boleh untuk keras dan beringas ketika ada negara lain yg menyerang kita sudah masuk ke negara kita. Selagi tidak ada yg menyerang, maka HARAM hukumnya membuat peperangan pada negara.
Nilai2 kenusantaraan dan kelembutan Islam dari al Qur'an dan al Hadis harus diperjuangkan sampai menjadi konsep dan paradigma masyarakat dunia.
Ingat, kita tidak Arabis bukan berarti tidak menerima al Hadis dan al Qur'an. Sudah menjadi maklum sesuatu yg sifatnya ta'abbudi tidak bisa dirubah untuk mengikuti al Qur'an dan al Hadis. Berbeda dgn ta'aqquli seperti hukum pada pencuri bukan potong tangan, tapi dengan hukum penjara karana masih melihat terhadap sisi alasan (illah) pada al Qur'an dan al Hadis.
Kita tidak baratis bukan berarti tidak mengambil hal2 baik dari barat yang tidak ada di Indonesia. Selagi masih ada di Indonesia, kita tidak perlu kebarat2tan. Cintailah negara sendiri, banggalah pada negara sendiri tidak perlu membangga2kan negara lain. Cintailah yang ada dirumah sendiri, banggalah pada yang ada dirumah sendiri, kenapa harus mencintai dan membanggakan tetangga kita. Jangan mengikuti pepatah "rumput tetangga lebih hijau dari pada rumput sendiri". Itu adalah bisikan SYETAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar