#BISMILLAH_
Pertanyaan dari member FKSL
Assalamualaikum...
Kyai/Ustadz mohon penjelasan, apa benar dlm aqidah Syeikh Abdul Qodir aljilani berpendapat spt kutipan di bawah ini,
Syaikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah,
"Dia (Allah) di arah atas, berada di atas 'ArsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu. "Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadits-hadits, lalu berkata, "Sepantasnya menetapkan sifat istiwa' (Allah berada di atas 'ArsyNya) tanpa takwil (menyimpangkan kepada makna lain). Dan hal itu merupakan istiwa' dzat Allah di atas 'Arsy.
Tolong referensinya juga, trima kasih ..
Wassalam...
Jawaban :
Setelah melihat, mencermati dan mengkaji redaksi asli kitab al-Ghunyah karya Syeikh Abdul Qodir al-Jailani maka kami berkesimpulan bahwa kutipan pertanyaan diatas tidak semuanya benar dan tidak pula semuanya salah. Kutipan sebagaimana yang tertera dalam pertanyaan adalah kutipan yang sepenggal-sepenggal sehingga bisa menimbulkan kesalah fahaman.
Pemikiran Syekh Abdul Qodir Al-Jailani dalam kitab al-ghunyah belum bisa dipahami dengan benar kalau hanya membaca/mengambil satu alenia tanpa menghubungkan/mengaitkan dengan alinea2 sebelum dan sesudahnya. Jika hanya memahami sepenggal itu saja maka akan jatuh ke dalam pemahaman tajsim (meyakini bahwa Allah adalah meteri/benda) dan tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk).
Setidaknya pemikiran Syekh Abdul Qodir Al-Jailani yang tertuang di dalam kitab al-ghunyah bisa kita jelaskan sebagai berikut :
1. Madzhab pemahaman dan i'tiqod beliau adalah TAFWIDL yakni menerima apa adanya teks tanpa takwil. Dan menyerahkan maksud teks sepenuhnya kepada Allah. Hal ini dapat difahami dari redaksi beliau yang mengatakan :
وينبغي اطلاق صفة الاستواء من غير تأويل وانه استواء الذات على العرش لا على معنى القعود والمماسة كما قالت المجسمة والكرامية
"Sebaiknya shifat istiwa' dimuthlaqkan tanpa takwil (mengarah makna lain). Dan sesungguhnya istiwa' tersebut adalah istiwa' nya Dzat atas arsy. Bukan istiwa' yang bermakna duduk dan saling menyentuh seperti perkataan mujassimin(golongan yang meyakini bahwa Allah adalah materi) dan karomiyah (pengikut Abu Abdillah Muhammad bin Karrom yang menyatakan bahwa Allah adalah jawhar atau materi/benda. Lihat al-farq bayna al-firoq, 161-162)” (Syekh Abdul Qodir Al-Jilani; Al-Ghunyah, hal: 124)
فالاستواء من صفات الذات بعد ما اخبرنا به, ونص عليه واكده فى سبع ايات من كتابه والسنة المأثورة به ...... ولا نخرج من الكتاب والسنة , نقرأ الاية والخبر ونؤمن بما فيهما ونكل الكيفية فى الصفات الى علم الله عز وجل
"Maka istiwa' merupakan bagian dari shifat-shifat Dzat setelah Allah mengkhabarkan pada kita dan menjelaskannya serta mengukuhkannya dalam tujuh ayat dan kitabNya dan di dalam sunnah yang berbicara hal itu ....... kami tidak akan keluar (dalam memahami ayat seperti itu) dari al-kitab dan as-sunnah. Kami membaca ayat dan juga hadits dan kami beriman dengan segala sesuatu yang ada pada keduanya. Namun kami menyerahkan kayfiyahnya (bentuk/hakikat) shifat-shifat tersebut kepada ilmunya Allah" (Syekh Abdul Qodir Al-Jilani; Al-Ghunyah, hal: 125)
2. Beliau menolak faham tasybih dan tajsim. Tasybih berarti menyerupakan Allah dengan makhluq, sedangkan tajsim berarti menganggap Allah adalah materi. Hal ini bisa di faham dari redaksi di atas.
Kesimpulan:
1. Kutipan diatas hanyalah kutipan sepenggal yang tidak bisa disimpulkan sebagai i'tiqod Syekh Abdul Qodir al-Jailani tanpa melihat penjelasan beliau pada sisi yang lain.
2. Sesuai dengan tingkat pemahaman tauhid beliau yang sudah pada maqom arbabus syuhud maka selayaknya dan memang sudah sepantasnya bila beliau mengedepankan tafwidl daripada takwil.
3. Kesimpulan akhir dari pemahaman beliau, "kami tidak berani untuk memaksakan pada selain yg tersirat dalam tafsir bacaannya ,sebab hal itu adalah ghoib, tidak mungkin logika bisa menangkap dan menerimanya".
4. Mengenai tafwidl dan takwil dalam menyikapi ayat-ayat mutasyabihat silahkan ikuti postingan kami berikutnya
والله أعلم بالصواب
NB :
Rumusan ini diputuskan dlm musyawaroh Grup FKSL via Whatsapp(WA) pada hari kamis/20 November 2015 dg tembusan dan pengawasan dari Al Mukarromuun :
- KH. M. Azizi Chasbulloh (Malang/Blitar)
- KH. Akhmad Shampthon Masduqi (Malang)
- K. Ridlwan Qoyyum (Nganjuk)
Musyawirin :
- KH. Hizbulloh Al Haq (Pule Nganjuk)
- KH. Ahmad Zainuri (Gresik)
- K. Fathun Nuha (Grobokan)
- KH. Nidhom Subkhi (Malang)
- K. Ahmad Hafidh (Malang)
- K. Syamsuri Abd. Qohar (Pasuruan),
- KH. Adibuddin (Bangkalan)
- K. Syukron Ma'mun (Brebes),
- K. M. Khoirin (Demak)
- K. Isa La Tansa (Malang)
- K. Asnawi Ridlwan (Bogor)
- K. Ashfiya' (Nganjuk)
- K. Ahmad Muntaha (Surabaya)
- H. Anang Mas'ulun (Sidoarjo)
dan segenap Musyawirin lainnya yg tdk bisa kami sebutkan satu persatu,,,
Karep mu..
BalasHapus